Fenomena hijrah sedang melanda masyarakat kita. Tak hanya selebritis. Kalangan profesional, pelajar, sampai orang biasa, ramai-ramai memutuskan berhijrah.
Hijrah selama ini dianggap sebagai keputusan mengubah kebiasaan lama ke kehidupan yang lebih islami. Penampilan mereka biasanya diidentikan dengan hijab untuk kalangan wanita atau memelihara jenggot bagi pria. Ada pula yang memang tak mengubah penampilan, namun perilaku mereka dalam kesehariannya berubah menjadi lebih baik.
Selama ini umat Muslim memang sudah mengenal istilah hijrah. Namun hijrah kala itu didefinisikan sebagai perjalanan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang pindah dari Makah ke Madinah tahun 622 Masehi.
Dilihat dari maknanya, hijrah di zaman Rasulullah dan masa kini sebetulnya sama. Hijrah dilakukan dalam rangka melaksanakan syari’at Allah, juga menuju pada hal – hal yang yang diperintahkan Allah.
Sebelum memutuskan berhijrah, Nabi Muhammad menghadapi berbagai tekanan dari pihak musyrik Quraisy untuk menghalangi dakwah Islam. Cara yang paling halus adalah dengan mendekati paman Nabi, Abu Thalib. Kepada sang paman, kaum musyrik Quraisy meminta Rasul bersedia menghentikan aktivas dakwah. Imbalannya, Nabi akan diberikan hadiah berupa harta benda dan emas, bahkan menjadikannya raja yang dikelilingi wanita-wanita cantik. Akan tetapi nabi Muhammad memberikan pernyataan yang tegas :
" Demi Allah wahai pamanku! Meskipun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku, agar aku meninggalkan dakwah Islam itu, aku tidak akan meninggalkannya, sehingga aku mendapat pertolongan dari Allah atau aku hancur binasa karenanya".
Selain Rasulullah, para sahabat juga harus menjalani hijrah dengan perjuangan dan pengorban. Sahabat Nabi rela mengorbankan apa saja yang dicintainya termasuk dirinya sendiri untuk menegakkan agama Allah. Ali bin Abi Thalib, sahabat Nabi menggantikan posisi Nabi yang sebelumnya diketahui tengah tertidur di dipan pada malam hari, dimana akan melakukan hijrah. Padahal rumah rasul telah dikerumuni warga yang hendak membunuhnya.
Namun hal yang tak disadari para pengepung, Allah ta’ala telah memerintahkan Nabi agar segera berhijrah, malaikat Jibril ‘alaihissalam menyampaikan: “ Muhammad, janganlah kamu tidur malam ini di tempat tidurmu, karena sesungguhnya Allah ta’ala memerintahkanmu untuk berhijrah ke Madinah" (Ibn al-Atsir al-Kamil fi al-Tarikh, hal. 72).
Saat menjalani hijrah, Rasulullah dan para pengikutnya juga menghadapi beragam persoalan yang tak kalah beratnya. Banyak sahabat yang terkena penyakit demam berat. Tidak sedikit pula yang mulai kangen dengan Makkah sebagai kampung halamannya. Selama itu pula Rasul selalu berdoa, agar Allah segera mengangkat penyakit para sahabatnya. Beliau juga senantiasa memberikan keyakinan kepada para sahabat. “ Aku akan menjadi jaminan dan saksi bagi siapapun yang bersabar di Madinah dan Allah akan memberikan yang terbaik kepada kita,” kata Rasulullah.
Bahkan Rasulullah sering membagikan makanan dan buah-buahan kepada para sahabat. Semua dilakukan tak lain sebagai bentuk perhatian dan dorongan moril yang diberikan Rasulullah.
Tanpa hijrah, mungkin tidak ada peradaban Islam yang dimulai Rasulullah dari Madinah. Tanpa hijrah, mungkin tidak akan ada kemenangan demi kemenangan yang diraih Rasulullah dan para sahabatnya hingga mampu memfutuhkan Makkah dan menyebarkan Islam ke seluruh jazirah Arab. Hingga sekarang Islam dipeluk oleh lebih dari 1,2 milyar penduduk bumi.
Lalu, bagaimana kita mengambil ibrah dari peristiwa hijrah yang terjadi 1440 tahun yang lalu ? Yang perlu dilakukan adalah, ketika kita hidup di sebuah tempat yang tidak islami, yang membahayakan agama kita, keluarga dan anak-anak kita, saat itulah kita dianjurkan hijrah ke tempat yang lebih kondusif sehingga kita bisa menjalankan Islam dengan baik. Setelah kita berupaya untuk berdakwah secara maksimal.
Sedangkan semangat hijrah yang lebih luas adalah seperti sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
الْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ
Muhajir adalah orang yang meninggalkan segala larangan Allah (HR. Bukhari)
hijrah adalah meninggalkan larangan Allah ta’ala. Maka ketika kita berusaha beralih dari kemaksiatan menuju ketaatan, itu adalah hijrah. Ketika kita berusaha meninggalkan kezaliman menuju keadilan, itu adalah hijrah. Ketika kita berusaha mengubah hidup kita dari kejelekan menjadi kebaikan, itu adalah hijrah. Ketika kita sebagai orang tua, kita mulai dari memberikan contoh yang baik untuk anak-anak kita, itu juga hijrah. Inilah hakikat hijrah, inilah semangat hijrah, dan inilah kesempatan bagi setiap muslim untuk berhijrah.
Akhir kata, mari kita berhijrah demi kebaikan dunia dan akhirat kita..
0 komentar:
Posting Komentar